oke biar blog ini dikatain hidup bukan cuma dibuat gara-gara tugas kampus aja, kali ini aku mau posting sebuah cerita *atau curhatan?* yang aku ambil dari gabungan beberapa tulisan tangan kak dwitasari yang sumpah kebanyakan nyentuh banget bikin nangis nyesek gulung-gulung :’) hiks *ngelap ingus*
gak sepenuhnya sama sih, ada beberapa bagian yang aku ubah dikit biar gak dikatain plagiat gitu u,u trus yang pengen baca tulisan asli kak dwita bisa cus ke blognya di http://dwitasarii.blogspot.com/
saran aku sih bagi yang merasa hatinya lemah *ups* ambil tisu dulu gih persiapan buat air matanya yang tumpeh-tumpeh :3 oke selamat membaca 🙂
Ah.. Sudahlah, Ini Semua Memang Nyata.
Awalnya, ini hanya perasaan kagum yang tak begitu kupedulikan, tapi ternyata aku salah; perasaan ini berkembang menjadi rasa takut kehilangan yang sulit kuhindari. Aku mulai menyayangimu tanpa sepengetahuanmu. Semua berjalan seperti biasa dan aku semakin menikmati kedekatan kita yang entah harus diberi nama dengan status apa.
Aku tak pernah takut saat mencintaimu. Layaknya air laut yang mengikuti lekuk gelombang, seperti itulah aku membiarkan rasa cintaku terus mengalir tanpa kendali. Percakapan setiap malam yang kau selipkan lewat pesan singkat mampu menyeretku ke perasaan yang dulu sangat ingin kuhindari; cinta. Kamu membuka mataku dengan tindakanmu yang ajaib, sampai-sampai aku tak lagi paham alasan yang harus kujelaskan; mengapa aku bisa begitu menggilaimu.
Cinta ini sangat tulus. Sungguh. Tak ada penuntutan yang kulakukan, aku juga tak mengganggumu, dan aku juga tak meminta status serta kejelasan. Aku tidak seberani itu kan? Kamu mengetahuiku juga mengenalku, tak mungkin jika kau tak menyadari ada perasaan berbeda dalam hatiku. Aku bisa menebak matamu, ketika kamu bercerita tentang dunia yang ingin kau singgahi, saat kau membawaku ke dalam dunia ceritamu yang sudah mulai kupahami. Aku berusaha memahami kemisteriusanmu.
Aku merasa sudah mulai memahami. Aku merasa punya kesempatan untuk sedikit mencicipi hidup menyenangkan bersamamu. Aku sanggup mengisi hari-harimu dengan kebahagiaan baru. Semakin lama perasaan ini semakin meluap. Pada saat aku hanya berdua denganmu, perasaan itu membuncah dengan liarnya, rasa cinta itu mengalir dengan derasnya.
Lupakan makan malam romantis, berbagi coklat manis, atau bahkan tanganmu menghapus air mataku saat menangis. Aku hanya kau temui secara sembunyi-sembunyi, saat kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku atau saat kau tidak bersama dengan istrimu. Dalam waktu yang sangat singkat itu, aku berharap bisa terus menahanmu, karena aku benci tidak menjadi prioritas untukmu, karena aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar-benar membutuhkanmu.
Sayang, aku duduk disini sendiri, dengan rasa takut yang mungkin juga kurasakan sendiri. Aku takut pada cerita akhir kita yang penuh teka-teki. Aku bahkan tak berani membayangkan jika pada akhirnya semua (terpaksa) berakhir tanpa keinginanku dan keinginanmu. Kita berbeda, apa yang aku dan kamu harapkan dari ketidakmungkinan seperti ini? Aku begitu mengkhawatirkan kita.
Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam.
Aku terdiam dan tak melanjutkan obsesiku. Aku tak minta banyak hal, aku hanya ingin merasakan kehadiranmu dalam semestaku. Berubahlah menjadi apapun, asal kamu mengorbit dalam galaksi milikku.
Aku hanya tahu rasa ini bertumbuh lebih cepat daripada yang kuduga. Tiba-tiba aku melihatmu, lalu kamu ada di kepalaku, lalu senyummu terus memenuhi labirin-labirin kosong di hatiku. Pria dengan tatapan sendu yang mengacaukan sel-sel impuls di otakku.
Kamu yang terindah, tetaplah menjadi yang terindah. Jangan rusak keindahan tersebut dengan air mata.
Keberadaanku ini nyata, dan kamu juga nyata untukku, kamu bukan ghost.
Dan suatu saat nanti aku ingin dipelukmu lebih lama, tanpa jeda, tanpa diburu masa, dan tanpa terhalang ‘dia’.
menye.